TORAJA UTARA – Menyoal megaproyek pembangunan Jembatan Kembar Malanggo (JKM) di Kelurahan Malanggo’, Kecamatan Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, menjadi hangat diperbincangkan lantaran dikeluhkan warga setempat.
Pasalnya, drainase jembatan kembar malanggo itu diduga dikerjakan asal jadi, sehingga berdampak buruk bagi warga yang berada di sekitar lokasi jembatan. Suka tak suka warga terpaksa menelan pil Pahit dari ulah kontraktor nakal.
Hal ini, berakibat fatal jika musim penghujan tiba luapan air masuk kepemukiman warga. Akibatnya bisa menimbulkan banjir dan genangan air.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah seorang warga Kelurahan Malanggo Kartini Banti (47) saat dikonfirmasi awak media menuturkan, sangat menyesalkan kelakuan sang kontraktor.
Lantaran drainase Jembatan Kembar Malanggo’ (JKM) itu diduga dikerjakan asal asalan. Bahkan oknum kontraktor tersebut disinyalir sengaja menari-nari diatas penderitaan rakyat demi mengantongi keuntungan besar serta kepentingan pribadinya.

“Kalau hujan sepanjang malam bagaimana, pasti tembus masuk ke dalam rumah, jangan cari untung banyak lalu kami Masyarakat jadi tumbalnya,” ujar Kartini Banti saat dikonfirmasi di kediaman pak kampas, Kamis (19/09/2024) siang.
“Iya meluap itu air hujan hingga masuk di rumah kami. Pasti meluap itu pak, ini baru hujan sedang, ini belum satu jam apalagi kalau hujan deras sangat merugikan buat kami,” kata Kartini Banti warga Malanggo.
Lebih lanjut Kartini Banti menuturkan, jika tidak ditagani atau dikerjakan elevasi lantai drainase itu bisa membahayakan rumah penduduk di sekitar hulu jembatan.
Bukan hanya itu, usai hujan turun meninggalkan genangan air yang bisa memicu munculnya bibit penyakit misalnya jentik nyamuk.
“Kami sangat kuatir jika air tergenang menimbulkan dampak negatif seperti berkembangnya jentik nyamuk, itukan membahayakan bagi warga pak, kita bisa kena demam berdarah,” ungkapnya.

Selain itu, Kartini Banti menjelaskan, di sebelah jalan kok bisa diplat drainasenya sedangkan samping rumah kami drainasenya tidak diplat apa masalahnya, jangan sampai ada tebang pilih ini atau apa?.
“Imbasnya bisa banjir dan air tergenang jika elevasi lantai drainase tidak dilakukan perbaikan. Selain itu drainase samping rumah kami seharusnya diplat juga, agar tidak membahayakan pengguna jalan,”ungkapnya.
“Jangan ada korban atau jangan tunggu korban lalu bertindak. Kami warga sangat terdampak. Adapun isu beredar bahwa anggaran habis, itu urusan kontraktor,” timpalnya.
“Elevasi lantai Drainase di hilir semestinya lebih rendah ketimbang elevasi lantai yang ada di hulu pak. Begini ya, di hulu rendah sedangkan dihilir atau diujung jembatan elevasi lantai tersebut lumayan tinggi atau mendaki. Bagaimana air hujan mau terbuang ke sungai kalau begitu,” ungkapnya.
Dia berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas untuk memanggil pihak kontraktor agar bisa melakukan perombakan atau perbaikan elevasi lantai Drainase tersebut.
“Harapan kami segera diperbaiki agar tidak merugikan kami masyarakat di sekitar lokasi jembatan kembar malanggo. Kontraktor atau rekanan wajib bertanggung-jawab,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Provinsi Sulawesi Selatan, Astina Abbas, yang dikonfirmasi wartawan, Sabtu 21 September 2024, mengaku telah memerintahkan penyedia untuk menurunkan elevasi saluran.
“Kami sudah perintahkan ke penyedia untuk menurunkan elevasi saluran,” ujarnya.
Diketahui, pembangunan jembatan kembar Malanggo’,ruas Rantepao-Batusitanduk belum lama ini diresmikan (PJ) Gubernur Sulsel, Prof. Zudan Arif Fakrulloh, Senin, 22 Juli 2024 lalu.
Adapun pemenang tender yakni CV. Jangka Utama dengan nilai kontrak Rp. 6.617.166.122., bersumber dari APBD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2023.(*)
Penulis : Matius Mandarit
Editor : Erlinuddin